Minggu, 25 Maret 2012

Konsep Ahlussunnah Wal Jama’ah Tentang Etika

By:aswaja.com
Dalam kajian Islam pembahasan yang menyangkut akidah akan ada hubungannya dengan istilah Ahlussunnah wal Jama’ah (disingkat dalam bahasa Indonesia aswaja), dan dapatlah dipastikan referensinya yaitu doktrinal kalam madzhab terutama al-Asy’ari dan al-Maturidi. Perkembangan istilah ini makin lama kelihatan makin resmi menjadi disiplin keilmuan Islam yang berkembang dan mencakup diskursus Islam lainnya yaitu bidang syari’ah atau fiqh dan bidang akhlak atau tasawuf. Inilah yang disebut dengan istilah “’urf khas” bagi aswaja, karena setiap lafadz mengandung makna hakekat dan majaz, keduanya adakalanya lughawi, syar’i dan atau ‘urfi, untuk ‘urfi adakalanya ‘aam dan adakalanya khosh.

Dalam perkembangan selanjutnya, terutama dalam konteks Nahdlatul Ulama, dalam hal ‘aqidah pengertiannya adalah madzhab Asy’ari atau Asy’ariyah dan Maturidiyah, dalam hal fiqh pengertiannya adalah empat madzhab besar Islam, yaitu maliki, Syafi’I, Hanafi, Hanbali. Dan dalam hal akhlak atau tasawuf pengertiannya ialah doktrinal tasawuf al-Ghazali dan Junaid al-Baghdadi.


Dalam Islam manhaj berfikir selama ini secara ringkas dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu yang memberi otoritas lebih tinggi kepada akal, kelompok yang menganggap lemah terhadap akal dan kelompok yangbervariasi diantara dua kelompok yang pertama. Apabila manhaj itu dihubungkan dengan faham aqidah makaperan akal dan naql berhubungan dengan masalah tuhan dan hubungan manusia dengan Nya, dan apabila dihubungkan dengan masalah fiqh maka peran akal dan naql itu berhubungan dengan perbuatan manusia (mukallaf), sedangkan dalam konteks akhlak atau tasawuf maka peran akal atau naql berhubungan dengan faham tentang hubungan spiritual antara manusia dengan Tuhan.

Baik dalam ruang lingkup akidah, fiqh dan tasawuf faham aswaja memiliki prinsip manhaj berfikir secara garis besar, taqdimun nash alal ‘aql yaitu berorientasi mengutamakan nash dari pada akal, aswaja tidak terlalu banyak menggunakan ta’wil, sehingga memberi pengertia bahwa nash dalam agama harus selalu sejalan dengan makna yang ditangkap oleh akal, akal hanyalah alat bantu untuk memahami nash, dan akal seringkali salah daya tangkapnya. Semua faham yang manhaj berfikir seperti itu kemudian disebut sebagai faham Sunni.

Awalnya gerakan ini adalah gerakan pemikiran (manhajul fikr), kemudian berkembang semacam institusi dalam bentuk firqah atau madzhab dan atau aliran. Kemudian menjadi semakin besar dan seringkali memicu konplik antara sesama muslim. Karenanya yang penting untuk dipelajari dalam membangun kedewasaan dan bermadzhab ialah memperkenalkan pola madzhab aswaja agar diketahui, sekurang-kurangnya: bahwamadzhab adalah institusi dari paradigma berfikir keislaman yang tidak absolut sebagai upaya mencari kebenaran menurut pendekatan yang diyakini, dan semuanya adalah bersifat ijtihadi, yang pasti benar adalah nash-nash agama, sedangkan penafsirannya hanyalah usaha untuk memahami nash dengan jalan atau metode yang diyakini mengantarkan kepada kebenaran.

Istilah etika dapat juga disebut ahklak, yang berarti watak, kesusilaan. Ada dua jenis akhlak yaitu al-akhlaqulmahmudah (akhlak terpuji) dan al-akhlaqul madzmumah (akhlak tercela) akhlak dapat juga berarti tingkah laku.dalam acara ini. Karena pembahasan mengenai konsep aswaja tentang tasawuf ada pembahasnya sendiri, maka saya ingin membahas secara umum konsep aswaja (ala NU) sebagai dasar pembentukan etika. Namun karena literatur ke-NU-an lebih sering digunakan istilah akhlak maka dengan demikian penulis akan menggunakan istilah tersebut dalam pembahasan paper ini.

Sesungguhnya ada beberapa istilah yang hampir sama maksudnya dengan etika, yaitu akhlak, moral dan susila. Namun dalam sumber-sumber rujukan NU istilah yang paling banyak digunakan adalah akhlak, namun demikian sekilas tentang pengertian lughawi dan istilah masing-masing terminologi tersebut kami sampaikan secara singkat disini.

Pengertian Akhlak
Secara kebahasaan perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari kosa kata bahasa arab akhlaq yang merupakan bentuk jamak dari perkataan khilqun atau khuluqun yang berarti perangai, kelakuan, watak, kebiasaan, kelaziman, dan peraaban yang baik. Jadi secara kebahasaan perkataan akhlak mengacu kepada sifat-sifat manusia secara universal, laki-laki maupun perempuan, yang baik maupun yang buruk. Dengan demikian, perkataan akhlak mengacu  kepada sifat manusia yang baik dan juga mengcau kenapa sifat manusia yang buruk. Ada akhlak yang baik dan ada akhlak yang buruk. Ada perempuan yang berakhlak baik dan ada perempuan yang berkhlak buruk. Hal yang sama berlaku pada laki-laki, ada laki-laki yang berakhlak baik dan ada juga yang berakhlak buruk.
Pengertian istilah, para ulama salaf seperti Ibn Miskawaih dan Al-Ghazali maupun ulama kontemporer seperti Ibrahim Anis cukup beragam dalam memberikan pengertian akhlak secara istilah, namun keragaman pengertian itu telah melengkapi pengertian yang lain sehingga kita mendapat pengertian yang luas dan mendalam.
Ibn Miskawaih (w. 421 H/1030 M) menyatakan: Akhlak adalah sifat yang tertanam pada jiwa seorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu”.
Al-Ghozali (w. 550 H/ 1111 M) menyatakan: Akhlak adalah gambaran tentang keadaan jiwa yang tertanam secara mendalam. Keadaan jiwa itu melahirkan tindakan dengan mudah dan gampang tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.
Ibrahim Anis menyatakan bahwa: “Akhlak adalah sifat yang tertanam pada jiwa seseorang secara mendalam yang daripadanya muncul perbuatan baik maupun buruk dengan tidak membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”.
Penyusun Ensiklopedi Pengetahuan, Dairat al-Ma’arif, meyatakan bahwa: “Akhlak adalah sifat-sifat manusia yang beradab”.
Ciri-ciri Perbuatan Akhlak
Dari pengertian akhlak di atas dapat ditarik sauatu gambaran bahwa perbuatan akhlak memiliki ciri pokok sebagai berikut:
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam secara terus menerus di dalam jiwa seseorang sehingga kuat dan mengakar. Jika seorang dinyatakan berakhlak dermawan, maka kedermawanan tersebut telah mendarah daging, kapan dan dimana pun ia hidup sehingga menjadi kepribadiannya yang membedakan dirinya dari orang lain.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan seseorang dengan mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Hal ini tidak berarti bahwa ketika seseorang melakukan perbuatan tersebut dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Perbuatan akhlak tersebut mengalir dengan mudah seperti air terjun yang jatuh ke sebuah lembah tanpa mengalami hambatan sekecil apa pun.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan dan tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan  atas dasar kemauan, pilihan, dan keputusan yang bersangkutan. Manusia diciptakan Allah, kemudian diberi kelengkapan hidup berupa akal dan nurani. Dengan akal manusia diharapkankan berfikir. Dengan nurani manusia diharapkan meresapkan dan memberi makna. Dengan memadukan akal dan nurani, manusia diharapkan memiliki kearifan, sehingga perbuatannya mencerminkan kebebasan, pilihan, dan tanggung jawab.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Perbuatan akhlak adalah perbuatan nyata dalam kehidupan sosial. Untuk membedakan apakah perbuatan seseorang itu sesungguhnya atau sedang bersandiwara dengan topeng-topeng kehidupan, maka perlu maelakukan pengamatan yang seksama dan terus menerus tentang perilaku seseorang atau sekelompok orang.
Perbutan akhlak, khususnya akhlak yang terpuji, adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar keimanan dan ibadah atau pengabdian kepada Allah dengan penuh keikhlasan semata-mata karena mengharap keridhaan atau kerelaan-Nya di dunia maupun di akhirat.

0 comments:

Posting Komentar

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com